Monday, March 17, 2008

Hadiah Terindah

Jiwaku melenyap di keentahan
Liar mencari patahannya
Merenggas waktu merajut mimpi
Tertatih di rapuhnya diri

Kemana lagi akan aku cari
Jarak telah menuntunku pergi

Berteman nyanyian burung malam
Sebuah impian hadir menjadi nyata
Ini hadiah terindah pada sang malam

Lihatlah bintang dan bulan ikut tersenyum
Semua mantra naik ke langit
Aroma bunga membaui seluruh rongga diri
Air mata yang mengalirpun semanis susu

NB : Terima Kasih Ta untuk hadiah terindahmu

Menggugat

Kenapa kau hadirkan cinta diantara kami
Lalu kau jerumuskan kami dalam jurang tanpa kepemilikan
Disana tidak kami temukan seutas talimu
Yang bisa menarik kami keluar dan menghirup udara segar

Tidak sampaikah ribuan doa kami kepadamu
Atau singgasanamu terlalu jauh untuk kami jangkau
Kemana kami harus berharap bila tidak padamu
Cara apa lagi yang harus kami tempuh agar kau tahu

Haruskah kami kembali tak berdaya dalam rengkuh takdirmu
Menerima goresan nasib yang sudah tertulis di telapak tangan kami
Mereka-reka maksud perbuatanmu
Kemudian kembali memujamu dalam kebingungan kami

Dalam ketidak berdayaan kami bersimpuh
Memohon belas kasihmu
Melapangkan jalan yang sudah sangat sempit bagi kami
Mengahdirkan harapan yang nyaris hilang dalam keputus asaan kami

Kami bukan malas dan gampang menyerah
Kau yang maha mengetahui tentu melihat setiap gerak kami
Kami berjuang walau kami tidak bisa menentukan sendiri
Tapi kami hanya punya itu, terus bergerak dan berusaha.

Kau yang bisa menyatukan yang tercerai
Kau yang bisa menciptkan keajaiban
Kau yang bisa membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin
Kau yang bisa menarik kami dalam jurang tanpa kepemilikan itu

Thursday, January 17, 2008

Hadiah Terindah

Jiwaku melenyap di keentahan
Liar mencari patahannya
Merenggas waktu merajut mimpi
Tertatih di rapuhnya diri

Kemana lagi akan aku cari
Jarak telah menuntunku pergi

Berteman nyanyian burung malam
Sebuah impian hadir menjadi nyata
Ini hadiah terindah pada sang malam

Lihatlah bintang dan bulan ikut tersenyum
Semua mantra naik ke langit
Aroma bunga membaui seluruh rongga diri
Air mata yang mengalirpun semanis susu

NB : Terima Kasih Ta untuk hadiah terindahmu

Terserah

Nyanyian angin malam menemani aku melewati hari. Tarian hujan ikut menambah semarak riuh pemikiran. Sejuta cahaya berpendar tanpa aku tahu dari mana asalnya. Sejuta makna seharusnya bisa kuraih. Namun jiwa terlalu kerdil untuk menangkapnya.

Mengundang bencana kau tahu itu siapa. Mendatangkan rasa putus asa ahlinya juga sudah ada. Menempatkan diri di sudut sudah biasa. Cermin itu selalu hancur tanpa sempat terlihat. Tentu kesombongan alasan yang utama.

Sering kali hidup terlalu sederhana untuk di pikirkan terlalu serius. Terkadang hidup terlalu serius untuk di pikirkan dengan sederhana. Air mata juga punya seribu makna. Cinta juga memiliki berjuta rupa. Setiap hal dapat di nilai dengan cara berbeda.

Semua terserah kamu.
Terserah aku.
Terserah kita dalam memaknainya.

Ya, terserah...

Riuh Dunia Maya

Riuh gaduh segala penjuru
Meributkan sesuatu yang tak nyata
Makin riuh karena merasa benar
Bemunculan segala mau ini itu

Apa yang diributkan?
Adakah tuhan menampakkan diri?
Atau nabi baru hadir kembali?
Atau hanya sesuatu yang mencari sensasi?

Kemanusian menjadi anak panah yang pikul di pundak
Kebebasan menjadi busurnya dalam genggaman azazi
Yang berbeda menjadi sasarannya
Akankah pertumpahan darah akan terjadi?

Selepas mereda nanti, lihat yang terjadi
Derap debu menghilang dari maksud ini itu
Menertawakan diri sendiri kau nanti
Kemudian menyesali diri

Saturday, June 30, 2007

Cintaku

Cintaku,
Hujan terus menggenangi hatiku saat mengingatmu
Bendungan telah runtuh saat pertemuan itu
Kini perpisahan adalah suatu kepastian

Cintaku,
Bunga itu telah layu saat belum sempat mekar
Layu karena dirinya harus menjadi layu
Demi memberikan mentari kehidupan bagi bunga lainnya

Cintaku,
Kau dengar gemuruh itu
Gemuruh dari suara yang begitu kau kenal
Suara itukah yang coba kau lupakan?

Cintaku,
Kepemilikan adalah baju yang sudah kau lepas
Mengapa harus menggambil baju keterpaksaan?
Relakan..relakan…

Cintaku,
Abadikan dia
Biar mantra-mantra itu yang menyertainya
Cukuplah jejakmu yang terpatri disana
Sebagai penggingat diri

Tuesday, May 22, 2007

Bersama Cinta

Saat ini aku tak berdaya...
Tak berdaya mengapai cintaku...
Aku tersenyum diperihnya hatiku...
Aku menangis digelaknya rinduku padamu...

Angin telah menerbangkanmu...
Menjauh dariku...
Menjauh dan entah kapan aku akan kembali menemukanmu...
Diantara angin-angin yang berlalu...

Ombak telah menggulungmu...
mengggulungmu menjauh dari perahuku...

Kau dan aku...
Diantara kita ada dia...
Kau dan aku...
Diantara kita ada ruang dan waktu...

Sayang...kucoba bunuh dia...
Agar yang lain bisa hidup dan berkembang...
Sayang...kusemai dia...
Agar yang lain bisa hidup darinya...

Sayang...
Kaulah sakitku...
Kaupula penawarku...

Air itu tak pernah kering
Api itu tak pernah padam
Laut itu tak pernah surut
Bunga itu tak pernah layu

Semua itu cintaku...
Cintaku padamu...

Kubiarkan dia...
Bersama angin yang berlalu
Bersama air yang mengalir
Bersama Cinta yang mencintai cinta

Monday, April 9, 2007

Ungkap Seorang Arif

Memang suatu hal yang sulit dimengerti bahkan suatu hal yang sangat aneh jika anda:

Mengetahui-Nya kemudian tidak mencintai-Nya, atau

Mendengar panggilan-Nya kemudian tidak memenuhinya,


Mengetahui betapa besar keuntungan berinteraksi dengannya-Nya lalu berinteraksi dengan selain-Nya,…


Mengetahui betapa besar murka-Nya, kemudian membelakangi-Nya,


Dan lebih anehnya lagi bila anda yakin bahwa anda membutuhkan-Nya kemudian anda menghindar dari-Nya.

Kau dan Yang Lain

Kau ambil sedih untuk menyenangkan yang lain
Kau ambil luka untuk menyembuhkan yang lain
Kau ambil sakit untuk menyehatkan yang lain
Kau ambil sengsara untuk membahagiakan yang lain


Yang lain sedih, kau ikut larut dalam air mata
Yang lain luka, kau ikut merasakan perihnya
Yang lain sakit, kau ikut menahan deritanya
Yang lain sengsara, kau ikut memikul bebannya

Lalu kapan kau senang?
Ternyata saat yang lain menjadi senang, itulah kesenanganmu
Dan sedih yang kau dapat terkalahkan olehnya

Lalu kapan kau sembuh?
Ternyata saat yang lain menjadi sembuh karena lukamu,
Itulah kesembuhan bagimu

Lalu kapan kau sehat?
Ternyata saat yang lain menjadi sehat,
Sakit sudah tak berarti lagi bagimu

Lalu kapan kau bahagia?
Ternyata saat yang lain bisa berbahagia,
Walau kau berada dalam kesengsaraan

Itulah kebahagiaan sejati bagimu
Itulah Kau Bagi Yang Lain dan Yang Lain Bagi Kau

Cermin Ilusi Gadis Jelita

Senyum simpul mengembang di bibir indah nya
Menandakan kepuasan
Saat ini sang gadis sedang memandangi pantulan dirinya
Dari cermin yang begitu indah

Dia berputar-putar untuk melihat betapa cantik dirinya
Rasa bangga meliputi hatinya
Dipanggilnya orang-orang untuk melihat kecantikannya
Sekedar memastikan bahwa ia memang cantik

Namun saat ia perhatikan cermin itu lebih seksama
Didapatinya ada bagian yang luput dari perhatiannya
Diperiksa, di raba olehnya bagian itu
Terdapat bagian yang terkelupas di ujung cermin itu
Ditarik sedikit demi sedikit bagian tersebut

Dan betapa terkejutnya Sang Gadis Jelita….
Ternyata bagian yang terkelupas itu adalah sebuah lapisan
Lapisan Ilusi yang diciptakan Sang gadis jelita
Untuk menutupi pantulan realitas pada cermin dirinya

Betapa malu sang gadis saat menatap diri nya pada cermin
Inilkah diriku yang sebenarnya? tanya nya

Penuh dengan borok kepemilikan
Juga terdapat jerawat keegoisan
Bintik hitam kemunafikan
Kerutan keserakahan
Bahkan wajahnya terlihat ditutupi kusam kebodohan

Perlahan air mata kesadaran mengalir dari mata indah nya
Terasa manis
Bagai berjuta tetes penyesalan yang melubangi jiwa
Kini sang gadis jelita telah melihat pantulan diri dari cermin aslinya
Menyakitkan...
Namun kesadaran akan kenyataan membuat paras itu kini tak hanya jelita
Namun sekarang telah tampak bercahaya

Thanks God

Segala Puji bagi-Mu
Wahai Pemilik Langit dan Bumi
Terima kasih…
Kau memberi ku rasa ngantuk
Sehingga aku dapat beristirahat dan tidur

Terima Kasih…
Kau memberiku rasa lapar
Sehingga aku bisa menikmati lezatnya makanan

Terima Kasih…
Kau memberiku rasa sakit
Sehingga aku lebih menghargai sehat

Terima Kasih…
Kau memberiku kesulitan
Sehingga aku bisa bersabar

Terima Kasih…
Kau memberiku rasa takut
Sehingga aku tahu pada siapa harus berpasrah

Terima Kasih…
Kau memberiku berbagai ujian
Sehingga aku bisa belajar

Terima Kasih…
Kau adakan perpisahan
Sehingga aku berusaha dalam setiap pertemuan penuh dengan kebaikan

Terima Kasih…
Kau hadir kan rasa marah
Sehingga aku tahu kebaikan dari ketenangan

Terima Kasih…
Kau beri aku kesusahan
Seningga aku dapat menikmati kesenangan

Terima Kasih…
Kau hadirkan kematian
Sehingga ku dapat berjumpa dengan-Mu

Maha Sempurna Engkau dalam kesempurnaan
Hanya Dengan mengingat-Mu hati menjadi tenang
Aku hanya dapat berkata ”Thanks God…”

SANG MUSAFIR

Saat ini musafir sedang berada di tempat peristirahatannya. Sambil mengumpulkan bekal untuk perjalanan yang seterusnya. Dia memperkirakan berapa banyak bekal yang harus dipersiapkan dan bekal apa saja yang akan di bawa hingga ia bisa sampai kepada tujuan perjalanannya dengan selamat.


Dipilihnya berbagai perbekalan yang ada…sering ia merasa tergoda dan lupa dengan tujuannya. Hidangan perbekalan yang di sajikan membuai dirinya. Terkadang dia enggan berpisah dengan tempat peristirahatannya. Tapi itu tidak mungkin. Karena ia…MUSAFIR.

Sesekali musafir mengambil bekal yang benar. Tapi tak jarang dia mengambil bekal yang dikiranya benar, padahal itu tidak berguna dalam perjalanannya nanti.

Sang musafir di berikan kebebasan untuk menentukan perbekalan yang ingin di bawanya. Ia juga di berikan kebebasan untuk menentukan arah perjalanan nya untuk mencapai tujuan. Dan sang musafir mulai belajar untuk mengetahui jalan mana yang kiranya akan dilalui. Dia harus yakin bahwa jalan yang akan dilaluinya dapat menghantarkan ia sampai ketujuannya dengan selamat.

Dia melihat begitu banyak jalan untuk mencapai tempat tujuan nya. Tempat tujuan semua manusia. Ada jalan yang begitu banyak dilalui orang, ada juga jalan yang hanya dilewati oleh beberapa orang dan ada jalan yang belum dilalui oleh seorang pun. Dijalan itu ia juga melihat cahaya yang bertingkat-tingkat. Bahkan setiap orang memiliki cahayanya sendiri. Ada yang begitu redup cahayanya, bahkan untuk menunjukkan arah saja tidak cukup. Orang itu berjalan dengan meraba-raba, sesekali berhenti dan kembali berjalan. Ada yang memiliki cahaya sangat terang seakan orang ini diliputi cahaya tujuh matahari.

Sang musafir berfikir untuk mencari jalannya sendiri. Jalan yang dia diyakini. Mungkin jalan itu banyak dilalui orang, mungkin juga jalan itu sedikit dilalui orang, bahkan bisa saja jalan itu belum pernah dilalui oleg seorang pun.

Namun sang Musafir tahu, dia punya kompas yang dapat menuntunnya menunjukkan arah jalan untuk sampai ketujuan. Sang musafir harus berjuang menemukan kompas. Karena kompas hanya bisa ditemukan dalam jiwa yang mencapai kesadaran.

Sekarang sang musafir sedang berjuang mencapai kesadaran dan menemukan kompas yang akan menuntunnya ke jalan yang lurus.

Kekasih…Aku Rindu…

Malam ini pikiranku dipenuhi oleh diri-Mu. Tapi tak ada satupun yang bisa menggambarkan-Mu. Pikiranku kacau, kucoba untuk menenangkannya agar dia dapat mencapai-Mu. Saat aku memikirkan-Mu, pikiranku hanya sampai kepada kesempurnaan ciptaan-Mu.


Saat ini aku merasa begitu kecil dalam pandangan jagat raya. Kupikir seberapa hebatnya aku, seberapa pintarnya aku, seberapa kuatnya aku. Ternyata aku tidak ada, yang ada hanya Engkau. Sang Maha Kuasa…

Saat kulihat seekor nyamuk yang bernyanyi ditelingaku. Disana kulihat Kuasa-Mu, Kesempurnaan-Mu, kehadiran-Mu. Hanya dengan satu ciptaan-Mu, Kau dapat menghadirkan begitu banyak sebab dari padanya, tapi Kau menciptakan tidak hanya satu. Karena Engkau Maha Pencipta.

Beberapa saat yang lalu kesadaranku hilang. Namun aku mendengar bisikan-bisikan-Mu. Tapi tak kuhiraukan. Saat ini aku mendengar teriakan-Mu, kuharap itu bisa menyadarkanku. Karena hidup tanpa kesadaran adalah sia-sia. Bagai kabut tanpa hujan.

Sempat aku berfikir untuk mencari-Mu di buku. Pernah juga aku mencari-Mu di pergaulanku. Kukejar engkau masuk kealam ciptaan-Mu. Ternyata yang kucari, kukejar berada di dekat dari ku. Disini…di dalam diriku sendiri…

“Dan apabila Hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat…..” (QS: al-Baqarah:186)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hati nya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS: Qaf:16)

Kekasih….
Mengapa kerinduanku pada-Mu sering hilang-timbul? Maafkan aku yang lalai. Begitu indah dan sempurnanya ciptaan-Mu telah membuat aku hilang kesadaran dari menghadirkan-Mu dalam setiap hembusan nafas dan gerak hidupku. Inilah Aku, aku Kau ciptakan dari bagian keindahan, kesempurnaan dan kasih Sayang-Mu.

Bila lautan tinta tak cukup menuliskan ilmu-Mu. Bila pelangi warna tak mampu melukiskan keindahan-Mu. Maka biarkanlah setiap jiwa mencapai kesadaran. Agar kami dapat mengenali-Mu, menghadirkanmu dalam setiap langkah dan helaan nafas bahkan dalam setiap detak jantung dan kedipan mata.

Malam ini aku ingin bermesraan dengan-Mu kekasih…
Bersama dalam kerinduan yang dalam…

KESADARAN

Entah mengapa Kau begitu menggoda jiwa…
Tiba-tiba kesadaranku ingin menemukan-Mu..
Mengenal-Mu…
Mengetahui arti Kau bagiku…

Bimbing aku untuk mencapai kesadaran
Seringnya jiwa gelisahSeringnya jiwa gundah
Seringnya jiwa kehilangan arah
Seringnya jiwa tak mengenali hakikatnya
Ternyata jiwa tidak berada dalam kesadaran

Engkau hanya bisa di sentuh oleh tangan kesadaran
Engkau hanya bisa di lihat oleh mata kesadaran
Engkau hanya bisa di dengar oleh telinga kesadaran
Engkau hanya bisa dikenali dalam kesadaran

Ajari aku untuk mencapai KESADARAN

Kekasih

Ku buka lebar telingan jiwa
Kutahan kedip mata jiwa
Ku hirup dalam aroma jiwa
Biar jiwa dapat mendengar, melihat, menghirup hakikat-Nya

Kekasih…
Saat Kau berbisik lembut di telingaku
Ku acuhkan suara-Mu

Kekasih…
Saat Kau lantang memanggilku
Ku tutup kedua telingaku
Bukan salah-Mu bila aku jatuh
Bukan juga karena Kau benci aku
Ternyata jiwa belum mampu
Untuk dapat mengenali diri-Mu

Kekasih…bisikanlah kepadaku
Kekasih…teriakanlah kepadaku
Kekasih…pandanglah aku
Kekasih…ciumilah aku
Agar jiwa kembali kepada sadar yang hakiki
Sehingga ia bisa jujur menilai diri

Nah..ko...da...Bego ya?

Kau katakan aku memaksa perahu naik kedaratan
Padahal untuk mendayung saja aku tak bisa...
Bukankah kau sang nahkoda?
Aku menuruti apapun perintahmu...
Apa salah bila aku memain-mainkan tanganku di air?
Aku tak tahu jika itu menyebabkan perahu naik kedaratan...
Mengapa tak kau ajari saja aku mendayung perahu?
Agar aku tahu harus kemana kugerakkan tanganku...
Aku sanggup menerima teriakanmu...
Tapi aku binggung jika kau diam padaku...
Sang Nahkoda...
Ajari aku!
Aku yakin sang perahu akan berlayar kemanapun kau mau...