Thursday, January 17, 2008

Hadiah Terindah

Jiwaku melenyap di keentahan
Liar mencari patahannya
Merenggas waktu merajut mimpi
Tertatih di rapuhnya diri

Kemana lagi akan aku cari
Jarak telah menuntunku pergi

Berteman nyanyian burung malam
Sebuah impian hadir menjadi nyata
Ini hadiah terindah pada sang malam

Lihatlah bintang dan bulan ikut tersenyum
Semua mantra naik ke langit
Aroma bunga membaui seluruh rongga diri
Air mata yang mengalirpun semanis susu

NB : Terima Kasih Ta untuk hadiah terindahmu

Terserah

Nyanyian angin malam menemani aku melewati hari. Tarian hujan ikut menambah semarak riuh pemikiran. Sejuta cahaya berpendar tanpa aku tahu dari mana asalnya. Sejuta makna seharusnya bisa kuraih. Namun jiwa terlalu kerdil untuk menangkapnya.

Mengundang bencana kau tahu itu siapa. Mendatangkan rasa putus asa ahlinya juga sudah ada. Menempatkan diri di sudut sudah biasa. Cermin itu selalu hancur tanpa sempat terlihat. Tentu kesombongan alasan yang utama.

Sering kali hidup terlalu sederhana untuk di pikirkan terlalu serius. Terkadang hidup terlalu serius untuk di pikirkan dengan sederhana. Air mata juga punya seribu makna. Cinta juga memiliki berjuta rupa. Setiap hal dapat di nilai dengan cara berbeda.

Semua terserah kamu.
Terserah aku.
Terserah kita dalam memaknainya.

Ya, terserah...

Riuh Dunia Maya

Riuh gaduh segala penjuru
Meributkan sesuatu yang tak nyata
Makin riuh karena merasa benar
Bemunculan segala mau ini itu

Apa yang diributkan?
Adakah tuhan menampakkan diri?
Atau nabi baru hadir kembali?
Atau hanya sesuatu yang mencari sensasi?

Kemanusian menjadi anak panah yang pikul di pundak
Kebebasan menjadi busurnya dalam genggaman azazi
Yang berbeda menjadi sasarannya
Akankah pertumpahan darah akan terjadi?

Selepas mereda nanti, lihat yang terjadi
Derap debu menghilang dari maksud ini itu
Menertawakan diri sendiri kau nanti
Kemudian menyesali diri